Laman

Minggu, 11 April 2010

Kisah RTSM dampinganku di PKH

Menjalani hidup memang tidaklah semudah membalikan telapak tangan, terkadang hidup terasa menyesakkan dada dan harus dijalani dengan kucuran keringat dan air mata. Seperti itulah gambaran kehidupan yang dirasakan oleh keluarga Haris, seorang buruh pikul yang penghasilannya tidak tetap dan tidak seberapa jika dibandingkan dengan banyaknya anggota keluarga yang harus dihidupinya. Haris memiliki seorang isteri dan tujuh orang anak, tiga laki-laki dan empat perempuan yang jarak usia ketujuh anaknya itu tidaklah berjauhan karena tidak pernah mengikuti program Keluarga Berencana, dalam bahasa sunda dikenal dengan istilah tunji (sataun hiji) artinya setahun sekali melahirkan anak. Tentu saja hal ini menjadi beban yang sangat berat untuk seorang Haris yang berpenghasilan sangat minim dan tidak tetap. Anak pertama dan kedua, Deni (17) dan Yandi (17) sudah tidak bersekolah dan Sekolah Dasarnya pun tidak tamat karena masalah biaya. Sementara Jubaedah (10), Yani (7) dan Rohaeni (6) masing-masing duduk di kelas 5, kelas 2 dan kelas 1 di SDN Balewangi II Cibojong Cisurupan Garut. Terkadang mereka merasa minder di sekolah karena pakaian atau sepatu yang mereka kenakan tidak sebagus yang dipakai teman-temannya. Meskipun demikian Haris selalu menyemangati anak-anaknya untuk tetap bersekolah dan rajin belajar dengan harapan kelak nasib mereka akan jauh lebih baik dari keadaan sekarang. Dua lagi anaknya masih balita, yang satu usianya 3 tahun sementara anak yang nomor tujuh baru berusia kurang lebih 5 bulan.
Keluarga ini terpilih sebagai salah satu peserta Program Keluarga Harapan dari 2601 peserta PKH di Kecamatan Cisurupan atau dari total 13000 peserta PKH Kabupaten Garut.
Keluarga ini memang memenuhi kriteria dan persyaratan PKH, selain tergolong Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), sang ibu rumah tangga, Ihah (32) pada saat pendataan sedang hamil delapan bulan dan pada saat pertemuan awal dalam rangka sosialisasi program sekaligus proses validasi data, anak yang dikandungnya sudah dilahirkan dengan selamat. Selain itu memiliki anak usia sekolah dasar serta memiliki balita.
Besar bantuan untuk keluarga Ihah sebesar 2.200.000/tahun diharapkan akan membantu keluarga ini dalam menghadapi masalah mereka terutama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan anak-anaknya yang lebih baik.
Salah satu akar permasalahan yang menimbulkan kemiskinan adalah buruknya kualitas pendidikan dan kesehatan, oleh karena itu sangatlah tepat program Keluarga Harapan ini yang menargetkan adanya peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan terutama untuk RTSM dalam rangka memutus rantai kemiskinan. Semoga program ini dapat berjalan dengan baik, sehingga apa yang dicita-citakan dapat terwujud yaitu mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Cisurupan, 5 Desember 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar