PENGERTIAN AHLUSSUNNAH WALJAMA'AH
Oleh : KH. Muhammad Nuh Addawami (Wk. Rois PWNU Jabar)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الملك الحكيم - الجواد الكريم - العزيز الرحيم - الذى خلق الانسان فى احسن تقويم – وفطر السموات والارض بقدرته - ودبر الامور فى الدارين بحكمته - وما خلق الجن والانس الا لعبادته - فالطريق اليه واضح للقاصدين – والدليل عليه لائح للناظرين – ولكن الله يضل من يشاء ويهدي من يشاء وهو اعلم بالمهتدين – والصلاة على سيد المرسلين – وعلى اله الابرار الطيبين الطاهرين – وسلم وعظم الى يوم الدين – اما بعد.
Maka sesungguhnya semenjak pertama berdiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama menegaskan diri sebagai penganut, pengemban dan pengembang ajaran islam ‘ala thariiqah ahlissunnah waljama’ah.
I. Arti Ahlussunnah Waljama’ah
A. Arti Ahli menurut lughat adalah: isteri, keluarga, tukang, pakar, penghuni dan penganut.
Arti As-sunnah menurut lughat adalah: السيرة , الطريقة, الطبيعة والشريعة
Arti Al-jama’ah menurut lughat adalah: الفرقة من الناس (kelompok manusia) dan dikatakan juga terhadap binatang-binatang, umpanya dikatakan jama’ah an-nahl= kelompok tawon).
B. Arti As-sunnah dalam istilah ahli hadits:
اقوال الرسول صلى الله عليه وسلم وافعاله واقرارته المفصلة لما اجمل فى القران من الحكم والاحكام
Artinya: perkataan-perkataan Rasul SAW dan perbuatan-perbuatannya dan taqrir-taqrirnya yang menjelaskan pada apa-apa yang global di dalam Al-Quran daripada hikmah-hikmah dan hukum-hukum.
Arti As-sunnah menurut ushuliyyin:
قول النبي صلى الله عليه وسلم وفعله وتقرير
Artinya: perkataan Nabi SAW dan perbuatannya dan taqrirnya.
Adapula para ulama ahli hadits dan ahli ushul fiqh mendefinisikan kata As-sunnah sebagai berikut:
ما جاء عن البي صلى الله عليه وسلم من اقواله وافعاله وتقريره وما هم بفعله
Artinya: apa-apa yang datang dari Nabi SAW berupa perkataan-perkataannya dan perbuatan-perbuatannya dan taqrirnya dan apa-apa yang beliau cita-citakan untuk mengerjakannya.
Yang dimaksud dengan taqrir Nabi SAW adalah perbuatan seorang sahabat Nabi SAW yang diketahui beliau dan beliau tidak menegur atau menyalahkannya.
Arti As-sunnah dalam istilah para fuqaha:
ما يثاب على فعله ولا يعاقب على تركه
Artinya: apa-apa yang mendapat pahala karena mengerjakannya dan tidak akan mendapat siksa karena meninggalkannya.
C. Arti Ahlussunnah waljama’ah dalam dunia Islam adalah:
فرقة الحق من فرق امة محمد صلى الله عليه وسلم
Artinya: kelompok yang benar dari beberapa kelompok umat Nabi Muhammad SAW.
Tersebut dalam hadits:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: والذى نفس محمد بيده لتفترق امتى على ثلاث وسبعين فرقة فواحدة فى الجنة وثنتان وسبعون فى النار قيل: من هم يا رسول الله؟ قال: اهل السنة والجماعة (رواه الطبرانى)
Artinya: Telah berkata Rasulullah SAW: Demi Tuhan yang memegang jiwa muhammad sesungguhnya akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah. Yang satu masuk surga dan yang lainnya masuk neraka. Beliau ditanya: siapakah firqah yang masuk surga itu ya Rasulallah? Beliau menjawab: Ahlussunnah waljama’ah. (HR. At-Thabraani).
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: فانه من يعش منكم من بعدى فسيرى اختلافا كثيرا فعليكم بسنتى وسنة الخلفاء المهديين الراشدين تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ (رواه ابو داود)
Artinya: Dan telah berkata Rasulullah SAW: Maka bahwasannya siapa yang hidup (panjang umur) diantaramu setelah meninggal aku niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka pegang teguhlah sunnah-ku dan sunnah khalifah-khalifah al-mahdiyyin ar-rasyidin yang diberi hidayah. Pegang teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammu. (HR. Abu Dawud)
وقال النبي صلى الله عليه وسلم: ان بنى اسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفترق امتى غلى ثلاث وسبعين ملة كلهم فى النار الا ملة واحدة. قالوا:ومن هي يا رسول الله؟ قال: ما انا عليه واصحابى. (رواه الترميذى)
Artinya: Dan telah berkata Nabi SAW: sesungguhnya bani Israil telah pecah atas 72 millah, dan akan pecah umatku atas 73 millah, semuanya masuk neraka kecuali millah yang satu. Para sahabat bertanya: siapakah millah yang satu itu ya Rasulallah? Nabi menjawab: ialah millah aku dan sahabat-sahabatku atasnya. (HR. At-Tirmidzi).
Dari tiga riwayat hadits tersebut dihasilkan pengertian bahwa As-sunnah waljama’ah itu:
ما عليه النبي صلى الله عليه وسلم واصحابه, سنة النبي صلى الله عليه وسلم وسنة الخلفاء الراشدين,
ملة النبي صلى الله عليه وسلم واصحابه
Maka dari itu arti Ahlussunnah waljama’ah dalam dunia islam adalah:
اهل ملة النبي صلى الله عليه وسلم والخلفاء الراشدين واصحابه
Pada prinsipnya Ahlussunnah waljama’ah itu adalah: orang-orang yang menerima risalah Rasulullah Muhammad SAW dengan baik dan benar secara kaaffah (aqidah, ibadah dan akhlaq).
Risalah Rasulullah SAW itu semuanya tertuang dalam Al-Quran dan As-sunnah secara tersurat dan tersirat. Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah SAW pernah berkata:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّه
Artinya: aku telah meninggalkan pada kalian dua perkara, sepanjang kalian berpegang padanya maka tak akan sesat selamanya, ialah kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.
Di masa hidup Rasulullah SAW menerima risalah Rasulullah SAW tersebut relatif mudah, tidak sulit sesulit pada masa setelah wafatnya, apalagi setelah inqiradh para sahabatnya. Di masa Rasulullah SAW masih hidup di dunia, bagi yang ingin menerima risalahnya hanya tinggal bertanya kepadanya dan mengikuti langsung apa-apa yang dikatakan, dikerjakan dan direstuinya. Sedangkan pada masa setelah wafat
beliau SAW terutama setelah inqiradh para sahabatnya apalagi dalam masalah baru seiring dengan perkembangan zaman, kesulitan menerima risalah itu amat terasa sulit sekali, sehingga para penerimanya memerlukan kecermatan yang kuat dalam memahami al-quran dan as-sunnah, berijtihad dan beristinbath yang akurat menurut metoda yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya menurut ukuran prinsip-prinsip risalah Rasulullah SAW itu sendiri dengan logika yang benar, berbekal perbendaharaan ilmu yang cukup jumlah dan jenisnya, berlandaskan mental (akhlaq) dan niat semata-mata mencari kebenaran yang diridhai Allah SWT. Hal semacam itu diperlukan karena keadaan kalam Allah SWT dan kalam Rasulillah SAW itu adalah kalam yang balaghah sesuai dengan muqtadhal hal dan muqtadhal maqam, keadaan lafadz-lafadznya beraneka ragam, ada lafadz nash, ada lafadz dlahir, ada lafadz mijmal, ada lafadz bayan, ada lafadz muawwal, ada yang umum, ada yang khusus, ada yang mutlaq, ada yang muqoyyad, ada majaz, ada lafadz kinayah selain lafadz hakikat. ada pula nasikh dan mansukh dan lain sebagainya. Oleh karena itu bagi setiap sang penerima risalah Rasulullah SAW pada masa setelah wafat beliau SAW dan setelah inqiradh para sahabatnya RA memerlukan:
a. Mengetahui dan menguasai bahasa arab sedalam-dalamnya, karena al-quran dan as-sunnah diturunkan Allah dan disampaikan Rasulullah SAW dalam bahasa arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi, pengertiannya luas dan dalam, mengandung hukum yang harus diterima. Yang perlu diketahui dan dikuasainya bukan hanya arti bahasa tetapi juga ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan bahasa arab itu seumpama nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’).
b. Mengetahui dan menguasai ilmu ushul fiqh, sebab kalau tidak, bagaimana mungkin menggali hukum secara baik dan benar dari al-quran dan as-sunnah padahal tidak menguasai sifat lafad-lafad dalam al-quran dan as-sunnah itu yang beraneka ragam seperti yang telah dikatakan tadi yang masing-masing mempengaruhi hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
c. Mengetahui dan menguasai dalil ‘aqli penyelaras dalil naqli terutama dalam masalah-masalah yaqiniyah qath’iyah.
d. Mengetahui yang nasikh dan yang mansukh dan mengetahui asbab an-nuzul dan asbab al-wurud, mengetahui yang mutawatir dan yang ahad, baik dalam al-quran maupun dalam as-sunnah. Mengetahui yang sahih dan yang lainnya dan mengetahui para rawi as-sunnah.
e. Mengetahui ilmu-ilmu yang lainnya yang berhubungan dengan tata cara menggali hukum dari al-quran dan as-sunnah.
Bagi yang tidak memiliki kemampuan, syarat dan sarana untuk menggali hukum-hukum dari al-quran dan as-sunnah dalam masalah-masalah ijtihadiyah padahal dia ingin menerima risalah Rasulullah SAW secara utuh dan kaffah, maka tidak ada jalan lain kecuali taqlid kepada mujtahid yang dapat dipertanggungjawabkan kemampuannya. Diantara para mujtahid yang madzhabnya mudawwan adalah empat imam mujtahid, yaitu:
- Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit;
- Imam Malik bin Anas;
- Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’I; dan
- Imam Ahmad bin Hanbal.
Mengharamkan taqlid dan mewajibkan ijtihad atau ittiba’ dalam arti mengikuti pendapat orang disertai mengetahui dalil-dalilnya terhadap orang awam (yang bukan ahli istidlal) adalah fatwa sesat dan menyesatkan yang akan merusak sendi-sendi kehidupan di dunia ini. Memajukan dalil fatwa terhadap orang awam sama saja dengan tidak memajukannya (lihat Hasyiyah ad-Dimyathi ‘ala syarh al- Waraqat hal 23 pada baris ke-12).
Apabila si awam menerima fatwa orang yang mengemukakan dalilnya maka dia sama saja dengan si awam yang menerima fatwa orang yang tidak disertai dalil yang dikemukakan. Dalam artian mereka sama-sama muqallid, sama-sama taqlid dan memerima pendapat orang tanpa mengetahui dalilnya.
Yang disebut muttabi’ “bukan muqallid” dalam istilah ushuliyyin adalah seorang ahli istidlal (mujtahid) yang menerima pendapat orang lain karena dia selaku ahli istidlal dengan segala kemampuannya mengetahui dalil pendapat orang itu. Adapun orang yang menerima pendapat orang lain tentang suatu fatwa dengan mendengar atau membaca dalil pendapat tersebut padahal sang penerima itu bukan atau belum termasuk ahli istidlal maka dia tidak termasuk muttabi’ yang telah terbebas dari ikatan taqlid. Pendek kata arti ittiba’ yang sebenarnya dalam istilah ushuliyyin adalah ijtihad seorang mujtahid mengikuti ijtihad mujtahid yang lain.
Khusus di bidang al-‘aqaid ad-diniyyah dari kalangan ahli al-kalam ahli an-nadzri al-‘aqli wa shana’at al-fikriyah (ahli logika), yang disebut ahlussunnah waljama’ah itu adalah para pengikut al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan para pengikut al-Imam Abu Mansur al-Maaturiidi. Dikatakan oleh al-‘allamah as-sayyid Muhamad bin Muhammad al-Husaini az-Zabiidi (wafat tahun 1205 H) begini:
اذا اطلق اهل السنة والجماعة فالمراد بهم الاشاعرة والماتريدية
Artinya: tatkala disebutkan nama Ahlussunnah waljama’ah, maka maksudnya adalah para pengikut al-imam Al-Asy’ari dan para pengikut al-imam Al-Maaturiidi. (Ittihaaf as-saadah al-muttaqiin, jilid II hal. 8)